Penatnya....
Pfuuyy, helaan nafas lega berhembus dari hidung dan mulut. Jakarta, kami datang senin ini (24/03).
Benar, tidak salah lagi. Benar-benar lega dan puas setelah berhasil 'memecahkan rekor' berdiri selama sembilan (9) jam dalam perjalanan Semarang-Jakarta. Lebih tepatnya dari Stasiun Besar Poncol Semarang ke Stasiun Pasar Senen Jakarta. Perjalanan yg seru, melelahkan, menghibur, tidak terlupakan. It's amazing. Mungkin bagi yang pertama kali melakukan perjalanan ini akan terasa kaget dan sangat melelahkan.
Berawal dari keengganan langsung pulang dari resepsi pernikahan seorang teman di Kudus, kami berlima memutuskan untuk terlebih dahulu jalan-jalan. Iya lah, masak jauh-jauh dari Bogor ke Kudus cuma buat menghadiri pernikahan doang. Rugi kan? Ga juga sih, karena makanannya enak2 plus foto berkali-kali :). Tapi kurang puas aja. Akhirnya setelah melalui perundingan yang cukup alot, kami memutuskan untuk tetap jalan-jalan tapi bukan di Kudus, melainkan di Semarang. I think it's not more than just refreshing.
Nah, dari ide jalan-jalan inilah (mungkin) 'pemecahan rekor' ini berawal, meskipun secara tidak sengaja. Entah, karena capeknya, sepulang jalan-jalan, kami (2 dari 4 orang yg ikut jalan-jalan) langsung aja ndelosor (ambil posisi tidur). Nah beneran, tidak sampai satu menit saya langsung jalan-jalan lagi. Akhirnya rencana untuk beli tiket kereta api ke Jakarta terpaksa dibatalkan. Sebenarnya ada beberapa alasan batalnya beli tiket ini : 1) Capek, pingin tidur; 2) gak ada motor; 3) gak tau jalan ke stasiun; 4) nonton siaran langsung F1 di GlobalTV (seru!!).
Sore hari, ba'da ashar, kami memutuskan untuk mulai melakukan perjalanan pulang. Berangkat dari kantor PW Muhammadiyah Jawa Tengah, kemudian naik angkot ke Stasiun Poncol. Sampai di stasiun, langkah langsung tertuju ke loket pembelian tiket. Melihat tulisan di kaca loket, raut muka kami langsung berubah. TEMPAT DUDUK HABIS. Begitulah inti tulisan itu. Sedih, tegang, khawatir, tapi untung masih bisa senyum :) Mungkin kalau paginya kami bisa menyempatkan waktu untuk beli tiket, tidak akan begini raut mukanya. Jangan dikira kami naik kereta kelas Bisnis/Eksekutif. Tapi EKONOMI, kereta kelas tiga yang harus mengalah ketika ada kereta Bisnis/Eksekutif yang nyuwun sewu lewat.
Kereta berangkat pukul 19.00 waktu stasiun Poncol. Melihat orang yang antri sholat aja uda ketahuan, penumpang kreta Tawang Jaya (nama kretanya) pasti rame, bejubel. Betul saja, untuk naik saja kami bingung mau lewat mana. Semua pintu penuh dengan penumpang. Dengan usaha dan upaya, masuk juga akhirnya. Di dalam, keadaan lebih seram lagi tiap penumpang yg berdiri hanya mendapat jatah 20x20 cm untuk berdiri. Bayangkan!! Keadaan ini hampir merata di seluruh gerbong. WaW. Subhanallah. Keadaan ini bertambah parah dengan keterlambatan pemberangkatan kereta selama 30 menit serta kipas dan lampu mati. Untungnya, beberapa penumpang di sekitar kami punya selera humor. Terbitlah senyum-senyum gembira hingga akhirnya berbuah ngakak. :))
Selama perjalanan, dialog dengan penumpang lain jangan dilewatkan. Inilah yang dapat mengurangi kejenuhan dan kelelahan berdiri. Minimal nanya, 'mau kemana, Mas?'. 'Ke Jakarta, Neng.'. 'Ooo, sama dong. Kerja atau kuliah atau...'. dan belanjut hingga ke percakapan lainnya. Siapa tau jodoh ketemu di kereta :)
Perjalanan ini tidaklah ringan. Kadang kami dihadapkan dengan keegoisan penumpang yang mendapatkan tempat duduk (atau kami yang egois ya?). Keengganan mereka untuk berbagi tempat duduk adalah hak mereka karena mereka telah membeli tiket. Dan (mungkin) kebodohan kami karena sudah tau tiket tempat duduk habis, tapi masih dibeli juga. Ya sudahlah. Mental sosial kita diuji disaat seperti ini. Suatu hal yang mungkin tidak akan didapatkan jika naik kereta kelas Bisni atau Eksekutif. Inilah bijaknya rakyat yang konon katanya orang-orang bodoh, tidak berpendidikan, miskin, dll.
Perjalanan ini berat, Bung. Tidak mudah menanamkan presepsi di otak bahwa delapan jam itu singkat, Semarang-Jakarta itu dekat, dan berdiri serta bercanda itu nikmat. Banyak faktor-faktor lain yang mempengaruhi kerasnya otak menerima persepsi ini, kurangnya suplai oksigen mungkin salah satunya. Bahkan untuk sekedar tersenyumpun sulit. Yang ada malah :(.
[bersambung..]
trims to : http://i149.photobucket.com/albums/s74/arifperdana/jalan.jpg atas fotonya
25 Maret 2008
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar