25 Maret 2008

Perjalanan memecahkan rekor (2-Habis)

Penatnya....
Pfuuyy, helaan nafas lega berhembus dari hidung dan mulut. Jakarta, kami datang senin ini (24/03).

----lanjutan sebelumnya----
Stasiun Weleri yang ditunggu datang juga. Di stasiun ini hampir dipastikan penumpangnya bertambah. Benar. Keadaan semakin seru. Aksi langkah-melangkahi jasad manusia menjadi biasa di sini. Kereta berangkat lagi. Stasiun Batang muncul. Kemudian disusul Pekalongan. Di stasiun Pekalongan ini, gerbong kami kedatangan tamu mahasiswa pecinta alam (mapala) yang terlihat dari pakaian dan tas carrier yang mereka gunakan. Ternyata melewati jalan datar dengan kemiringan NOL derajat di dalam gerbong itu tak semudah mendaki Gunung dengan kemiringan 45 derajat. Begitulah mungkin salah satu perkataan hati mereka. Intinya bertambahlah sesak gerbongku tercinta ini.

Stasiun Brebes dan Tegal sudah terlewati. Tapi empat orang dari kami masih berdiri juga, belum duduk sama sekali. Lha yang satu lagi udah dapat tempat duduk? Sudah, karena dia cewek, kami usahakan kepada penumpang yang punya kursi agar diizinkan numpang duduk. Boleh juga akhirnya (berterimakasihlah kepada mereka). Yang cowok masih bertahan dengan posisinya masing-masing. Jadi laki-laki itu jangan manja. Selepas Tegal penumpang berdiri lain yang sudah merasakan duduk bergantian mengizinkan penumpang yang belum merasakan duduk untuk duduk. Bukan duduk di kursi tentunya, tetapi duduk di lantai kereta. Beruntung bagi mereka yang bisa meluruskan kaki, bagi yang tidak, meletakkan pantatpun wajib hukumnya mengucapkan hamdalah. Meskipun cuma 1-2 menit.

Saya sendiri baru bisa merasakan nikmat Tuhan yang berupa kemampuan duduk setelah sampai di stasiun Cirebon, sekitar pukul 01.30 dini hari. Kalau dihitung, dari Semarang, sekitar 7 jam berdiri. Subhanallah. Mampu juga saya ternyata. Itu belum seberapa, penumpang lain ada yang belum merasakan duduk sama sekali. Tapi nikmat itu tidak mampu saya pertahankan dalam waktu yang lama. Setelah kurang lebih satu jam duduk, saya rasa alangkah nikmatnya berdiri sambil menikmati pemandangan gelap gulita dan menanti kedatangan stasiun demi stasiun. Sampai di stasiun Haurgeulis (kalau ga salah tulisannya), secara resmi saya berdiri lagi bersama kawan-kawan lain. Giliran Mizan (salah seorang dari kami) duduk. Dimas pun (salah satu dari kami juga) masih merasakan nikmatnya duduk. Entah dengan Hafizh (laki-laki terakhir dari kami).

Nikmat juga duduk ternyata, tapi lebih nikmat lagi berdiri. Bergelantungan dengan tali tas yang diikatkan pada batang-batang besi rak tempat tas. Tidur sambil berdiri. Belajar menenangkan pikiran sadar dan membawanya ke alam bawah sadar. Menanggalkan semua pikiran sedih. Mengendapkan kepenatan dan menciptakan kedamaian serta kenyamanan. Ok, Bung. Perjuangan 'memecahkan rekor' masih belum selesai. Kita masih sampai di Stasiun Haurgeulis.

Perjalanan melintasi Jawa Barat terasa lama sekali dibandingkan dengan Jawa Tengah. Sebentar-sebentar kereta berhenti, entah itu menunggu kereta mewah lewat atau sekedar mendinginkan mesin untuk bersiap berakselerasi lebih gesit lagi. Mata ini sungguh tak sabar melihat tulisan stasiun Cikampek, Karawang, Bekasi, Jatinegara, dan yang ditunggu seluruh penumpang, Stasiun Senen. Benar-benar tak sabar. Bekali-kali melihat keluar jendela masih belum muncul juga stasiun-stasiun itu. Sekitar jam setengah lima baru masuk karawang kalau tidak salah. Kaki ini sudah meronta-ronta ingin berpindah tempat, minimal sekedar melipat sebentar. Benar-benar 'menyenangkan'. Penantian yang lama ditambah jeritan punggung seakan-akan mau patah. Kami hanya bisa berdiri dengan dua kaki berdempetan seperti sikap sempurna dalam pelajaran baris-berbaris. Tidak bisa bergerak kemana-mana. Diam. Bersyukurlah bagi mereka yang mendapatkan tempat duduk.

Keheningan di kereta kadang dipecahkan oleh gelak tawa kumpulan orang yang suka bergurau. Terhiburlah kami. Tawapun tak segan-segan meluncur dari mulut kami menyambut umpan-umpan lucu dari mulut mereka. Sebuah simbiosis mutualisme yang bermutu.

Adzan shubuh berkumandang ketika kereta melintas rel di antara (kira-kira) Karawang dan Bekasi. Hati mulai sedikit lega. Kaki mulai bisa diajak kompromi lagi. Sebentar lagi sampai. Mungkin satu jam lagi. Begitulah kira-kira rayuan Hati kepada Kaki memberi semangat agar tetap bersedia menyokong tubuh ini. Memasuki kota memang kereta tidak berani berjalan cepat. Menghormati penduduk dan mengurangi resiko tabrakan mungkin alasannya. Terhibur rasanya hati ini.

Kepuasan usaha 'memecahkan rekor' ini berakhir di stasiun Pasar Senen, Jakarta, hari Senin (24/03) sekitar pukul enam pagi. Alhamdulillah. Senyum dan ucapan selamat menyambut keberhasilan kami (tentu saja yang berdiri, yang duduk tentu belum berhasil). Jabat tangan pun tak luput dari perhatian kami. Kepuasan ini seperti berhasilnya kami lolos seleksi menjadi astronot yang sangat ketat itu. Sayang tidak ada media massa yang meliput waktu itu. Hanya media publikasi ini yang mendokumentasikan menit-menit perjalanan 'memecahkan rekor' berdiri dari Semarang ke Jakarta. Alhamdulillah, mungkin itulah satu kalimat yang cocok untuk mengungkapkan rasa senang kami.

Sebuah perjalanan panjang, kurang lebih sepuluh jam, Semarang-Jakarta. Sebuah perjuangan yang panjang 10-1 (sepuluh minus satu) jam. Sebuah perjalanan dan perjuangan yang layak mendapatkan bonus naik kereta dari stasiun Pasar Senen ke Jakarta Kota dengan bebas memilih tempat duduk. Sebuah penghargaan yang tak ternilai harganya yang diberikan oleh PT KAI. Terima kasih kami haturkan kepada mereka.

Selamat bagi teman-teman seperjuangan-semalaman-sekereta yang telah berhasil 'memecahkan rekor'. Semoga lain kali diliput media. Termasuh bagi Dimas, Mizan, Hafizh, Azhar, dan Rima yang telah ikut berjuang 'memecahkan rekor' dan siap dengan kemungkinan terburuk yang akan terjadi. Semoga perjalanan kita mendapat berkah dan diridhoi Allah subhanahu wa ta'ala serta dapat menjadi pelajaran bagi semua.

Jangan lupa sertifikat penghargaan dapat diambil di Panitia :)
Jangan kapok mencoba sesuatu yang baru.

--salam--
foto menyusul :p

trims to : http://lanunlaut.blogspot.com/2007/02/perjalanan-panjang.html atas fotonya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar